Minggu, 06 Juli 2008

Public Relations

PR adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap public, mengidentifikasi kebijakan dan atiurans eseorang atua organisasi demi kepentingan publik dan melaksnakan sesautu program kegiatan untuk memperoleh pengertian dan penerimaan public.

PR adalah fungsi manajemen yang membantu meraih tujuan organisasi, merumuskan filosofi dan memperantarai perubahan organisasi. Praktisi PR berkomunikasi dengan seluruh publik internal dan eksternal yang terkait untuk membangun hubungan positrif dan untuk menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dan harapan masyarakat. Praktisi PR mengembangkan, melaksnakan dan mengevaluasi program organisasi dengan mendorong pertukaran pengaruh dan pengertian antara bagian-bagian pokok dan publik organisasi.

PR adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untik memperoleh itikad baik dan pengerrrtian dari langganannya, pegawainya dan public umumnya;kedalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.

PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian public yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan public terhadap seseorang atau sesuatu oragnisasi atau badan

Public Relation, Tidak Semudah Membalikkan Tangan

Realita dewasa ini menungungkapkan bahwa relasi pemerintah baik di pusat maupun daerah dengan publik pers, nonpers seperti masyarakat intelektual/ akademisi dan mahasiswa perguruan tinggi dan LSM seringkali hambar dan “satu arah” atau masih tipisnya “pertanggungjawaban sosial “ (stakeholders responsiveness). Strategi organisasi membutuhkan dukungan PR (Public Relations – selanjutnya tidak dicetak miring- Red.) yang profesional, etis dan bertanggung jawab.

Demikian pula relasi DPR, Penegak Hukum dan pebisnis dengan publiknya. Akibatnya publik ini merasa segan dan tidak sreg untuk bertanya “apa, mengapa, bagaimana secara kritis/analitik”. Tampak sekali belum lancarnya keharmonisan dengan saling memberi komentar, kritik dan berdialog. Mem-bangun dialog demi proses strategi organisasi yang jelas belum menjadi kebiasaan. De-mi-kian pula mendiskusikan laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit belum menjadi kebiasaan untuk mencari masukan perbaik-an masa mendatangnya.

Interaksi dalam Public Relations yang selama ini terjadi, sifatnya insidental dan reaktif serta terlalu formal dan terstruktur. Keluwesan dan tercapainya proses komunikasi dwi arah tidak ada dan kaku dengan masing pasing reaktif kurang responsif dwi arah. Memang selama ini kritik dianggap perlawanan yang harus ditekan atau tidak dianggap layak untuk diajak komunikasi dwi-arah/dialog yang segar, penuh senyum meskipun serius.

Praktek “Public Relations” (pakai “s”) seringkali menimbulkan salah pemahaman (mi-sunderstanding). Karena itu kita semua perlu menyimak definisi yang tepat dan sudah diakui secara internasional dari Institute of Public Relations, Inggeris :“Praktek Public Relations merupakan upaya yang sengaja, direncanakan dan berkesinambungan untuk membangun dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dengan aneka publiknya” (Public relations is the deliberate, planned and sustained effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its public).

Tiga kata “sengaja, direncanakan dan berkesinambungan” adalah penting sekali. Dengan mengambil definisi yang sudah banyak diterima secara internasional, maka kita makin meyakini bahwa definisi ini bukanlah tabu bagi setiap organisasi publik pemerintahan termasuk organisasi bisnis menengah dan besar kita. Jadi kalau dikatakan “sengaja” berarti tidak amburadul, tetapi harus memiliki suatu maksud yang tepat. Bukan reaktif sifatnya, tetapi upaya yang direncanakan dan berkesinambungan.

Yang pasti, maksud (purpose) upaya public relations adalah membangun saling pengertian dan komunikasi dwi arah antara organisasi dan publiknya. Yang juga pasti adalah bahwa upaya ini tidak melulu gebyar-gebyar yang bertolak belakang dengan realita citra organisasi. Melakukan penekanan dan intimidasi pada publiknya bertentangan dengan moralita/etika profesi Public Relations.

Bisa saja karena kompetensi dan kredibilitas pelakunya atau yang dikenal sebagai PRO (Public Relations Officer) yang masih di bawah standar karena hanya satu dua yang memiliki kompetensi profesional. PRO profesional berani keluar dari sarangnya dan bergaul akrab tanpa kekakuan jarak

Dengan kompetensi profesional itu “Public Relations” itu samasekali tidak boleh bersikap/ berperilaku : tidak etis, tidak benar, hanya bisa ber-publisitas murahan, berat sebelah, menumbuhkan kekecewaan karena janji dan memberi ekspektasi yang tidak realistik”

Selama ini saya melihat bahwa pemahaman Public Relations (yang di Indone-siakan sebagai “Hubungan Masyarakat (Humas) secara kurang tepat) dan kompetensi yang dibutuhkan seorang PRO masih di bawah profesional. Pelaku Public Relations kita yang bersikap reaktif/bohong dan menutup tutupi (cover up) pasti tidak berhasil dengan fungsinya dan menjadi bahan tertawaan publiknya (meskipun tidak secara terbuka).

Seorang pimpinan yang menunjuk seorang atau beberapa PRO yang hanya bisanya komunikasi satu arah di mana publik harus manggut-manggut takut dan dibentak-bentak, berarti pemimpin itu gagal dalam memahami fungsi Public Relations. Kalau gagal, pemimpin harus mengulangi kembali pencarian talenta (search for talents) yang benar benar menjiwai fungsi itu.

Secara profesional lima kompetensi dan kredibilitas merupakan tuntutan :
Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari.

Kedua, kemampuan mengorganisir. Kemampuan ini tidak hanya menjadwalkan pertemuan, memprogram acara pertemuan, tetapi justru mengantisipasi komunikasi dwi arah yang subur, sekalipun dengan kritik yang tajam tetapi bersahabat. Kecermatan untuk langkah-langkah yang mendetail karena mewakili organisasi. Keteraturan mengorganisasikan pertemuan, kunjungan, dialog, sponsorship tanpa terlalu menonjolkan diri dsb. haruslah termasuk kemampuan itu.

Ketiga, kemampuan bergaul dengan orang/publik . Di sini ketrampilan tukar pikiran dialogis dengan berbagai publik dari segala lapisan. Dasarnya menghargai publik dan tidak menjauhinya atau membentak-bentaki publik. Tidak selalu seorang PRO itu benar apalagi kalau ingin menutupi (cover up) suatu kejadian yang fatal. Taruhannya adalah citra organisasi yang diwakilinya. Di sini berlaku “propaganda ends, when friendly, fair and firm dialog starts”.

Ke-empat, integritas pribadi. Sekalipun harus mengungkapkan citra organisasinya betapa pun kurang sukses atau penuh kelemahan, harus tetap memiliki integritas. Integri-tas itu mencuat karena dapat diandalkan (reliability), dan tidak memihak dalam menyajikan informasi (impartiality of his information), membangun respek karena profesionalismenya. Boleh saja tadinya profesional di bidang lain, tetapi kalau tidak profesional dalam Public Relations, sebaiknya “menggugat diri” apakah fungsi itu tepat baginya.

Kelima, memiliki kualifikasi seorang manusia yang kreatif, mampu memecahkan masalah, dan imajinasi untuk membuat komunikasi dwi arah dengan berbagai publik itu konstruktif dan menyenangkan publik yang kritis analitis.

Menjadi PRO profesional itu bukan dadakan hanya dengan hasil mengikuti kursus pendek 1-2 bulan dengan hanya mengejar ijazah yang dipajang di tembok kantornya. Pengetahuan dasar harus diberi muatan secara kontinu. Seorang PRO harus berani menelan pil yang pahit, tidak enak karena menerima kritik yang sulit dibantah kebenarannya. Ketrampilan dasar menyusun press release, menjamu publik, mengadakan pertemuan dengan publik yang dipilih barulah suatu langkah pertama ketrampilan teoretik dan banyak abstraknya.

PR menjadi efektif apabila mampu membangun komunikasi dwi-arah baik melalui media maupun langsung dengan mendatangi publik publik yang dimaksud untuk memahami tekad itu. Proses pembaruan pengetahuan, sikap dan profesionalisme etis harus berkesinambungan tanpa banyak gebyar-gebyar

Strategi Pemasaran Produk / jasa dari Coca Cola

Kami memiliki beberapa program untuk mendukung penjualan dan pemasaran produk-produk kami. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen, yaitu:

- Program Promosi
Kami mempunyai program promosi yang beragam, yang tidak hanya untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran, tetapi juga me
ningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk kami.

- Layanan Konsumen
Di Coca-Cola, Customer Service System (CSS), sistem pelayanan pelanggan kami, didesain untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen secara terus-menerus terhadap produk-produk Coca-Cola dengan menyediakan pelayanan yang optimal kepada seluruh pelanggan berd
asarkan kebutuhan mereka masing-masing.
- Area Marketing Contractor
Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan untuk melakukan pengembangan daerah tertentu, sekaligus
komitmen untuk menciptakan peluang kerja yang luas di sektor informal, mendorong Coca-Cola untuk secara serius dan berkesinambungan mengembangkan jaringan Distribusi Tak Langsung (Indirect Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Sistem Distribusi ini mengandalkan dua kelompok usaha kecil dan menengah yang terbagi dalam dua kelompok besar: Area Marketing Contractor (AMC) dan Street Vending.

- Layanan Pendingin Produk
Riset membuktikan bahwa 90% konsumen kami lebih menyukai membeli produk-produk Coca-C
ola dalam keadaan dingin. Hal ini menunjukkan bahwa peranan Cold Drink Equipment (peralatan pendingin) sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan penjualan dan mendorong tingkat keuntungan para pelanggan kami.

- HoReCa
Dengan bekerjasama dengan berbagai Hotel, Restaur
ant, dan Café ternama, kami memberikan beragam penawaran menarik melalui program HoReCa ini.

Strategi Pemasaran Dan Menentukan Harga Produk / Jasa

Dari Nokia

Ketika suatu perusahaan telah menetapkan harga dasar dari suatu produk

barang atau jasa maka perusahaan dapat menentukan strategi harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti harga kompetitor, tujuan perusahaan dan daur hidup produk. Strategi tersebut dapat digunakan untuk produk yang baru maupun yang lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Berikut ini merupakan berbagai pilihan teknik / strategi penentuan harga :

A. Stretegi Penentuan Harga Pada produk Baru

1. Skimming Price
Strategi skimming adalah menetapkan harga awal yang tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama akan terus turun harganya. Contoh handphone Nokia, laptop, komputer, dan lain sebagainya.

2. Penetration

Price / Harga Penetrasi
Strategi harga penetrasi adalah menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen. Contoh : tarif layanan operator baru three / 3, mie selera rakyat, so klin MB, dan lain-lain.

B. Stretegi Penentuan Harga Yang Mempengaruhi Psikologis Konsumen

1. Prestige Pricing / Harga Prestis
Strategi harga Prestige Price adalah menetapkan harg
a yang tinggi demi membentuk image kualitas produk yang tinggi yang umumnya dipakai untuk produk shopping dan specialty. Contoh : roll royce, rolex, guess, gianni versace, prada, vertu, dan lain sebagainya.

2. Odd Pricing / Harga Ganjil
Strategi harga odd price adalah menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih murah. Contoh : Barang yang tadinya dihargai Rp. 100.000,- diubah menjadi Rp. 99.990,- di mana konsumen mungkin akan melihat 99.990 jauh lebih murah daripada Rp. 100.000,-.

3. Multiple-Unit Pricing / Harga Rabat
Strategi harga multiple unit price adalah memberikan potongan harga tertentu apabila konsumen membeli produk dalam jumla

h yang banyak. Contoh : Jika harga sebuah sebungkus indomie goreng pedas adalah Rp. 1.500,- maka konsumen cukup membayar Rp. 1.ooo,- perbungkus jika membeli satu dus isi 40 bungkus indomie.

4. Price Lining / Harga Lini
Strategi harga lining pricing adalah memberikan cakupan harga yang berbeda pada lini produk yang beda. Contoh : bioskop grup 21 memberikan harga standar untuk ko
nsumen bioskop jenis standard dan mengenakan harga yang lebih mahal pada konsumen bioskop 21 jenis premier.

5. Leader Pricing / Pemimpin Harga
Strategi harga leader price adalah menetapkan harga lebih rendah daripada harga pasar / harga normal untuk meningkatkan omset penjualan / pembeli. Contoh : biasanya ritel jenis hipermarket memberikan promosi harga yang lebih murah daripada harga normal.

C. Stretegi Penentuan Harga Diskon / Potongan Harga

Strategi harga diskon pada penjual adalah strategi dengan memberikan potongan harga dari harga yang duah ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon dapat diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas, diskon pembayaran tunai / cash, trade discount. Contoh : Bila membeli

D. Stretegi Penentuan

Harga Kompetitif

1. Relative Pricing / Harga Relatif
Strategi harga relative price adalah menentukan h
arga di atas, di bawah atau sama dengan tingkat harga persaingan di mana gerakan harganya mengikuti gerakan pesaing.

2. Follow The Leader Pricing
Strategi harga follow the leader price adalah penetapan harga produk baik barang maupun jasa diserahkan para pimpinan pasar / penimpin pasar dan tidak menetapkan harga sendiri.

Comentar

gmn bisa memahami dan mudah dilaksanakan

tolong kasih tips dan trik yang mudah

tentukan po

sisi produk

untuk bisa melakukan penentuan harga produk, terlebih dahulu kita harus menentukan posisi produk kita di pasar.
apakah leader, follower, atau apakah produk kita ingin memasuki r

elung pasar dll.

dari penentuan posisi produk, tentunya akan lebih mudah kita menetapkan harga produk.

jangan lupa untuk juga memasukan nilai apa saja yang kita tawarkan pada produk kita, -hal itu bisa juga sebagai dasar penentuan harga.

Strategi Pemasaran Produk / Jasa Dari Micra

soft

Sampai saat ini belum ada perusahaan dunia yang mampu menggeser microsoft dari market leader untuk peranti lunak dunia.Microsoft dengan dahsyatnya menjadi market leader untuk öperating system, dan sekarang sudah proaktif memasuki bisnis-bisnis lainnya, yaitu permainan, jasa internet, sampai aplikasi informasi.


Jika kita melihat secara umum, sekarang tak ada yang mampu mengalahkan..

ga perlu kita bahas mengalahkan, coba kita pikir apakah ada yang mendekati kinerja dan kesuksesan Microsoft?

Salah satu kunci dari kesuksesan Microsoft bisa dibilang adalah PROAKTIF. Terbukti bahwa sejak Bill Gates mendirikan Microsoft, perusahaan ini selalu men

etaskan produk-produk inovatif kelas dunia.

Contohnya sejak Microsoft memasarkan operating system untuk IBM tahun 1981, sudah 27 tahun lamanya. Hingga saat ini telah diproduksi Windows 98, 2000, ME, XP, dan terakhir Windows Vista

Kemajuan internet sudah menunjukkan pada mata jutaan orang bahwa banyak hal dapat diputarbalikkan. Hal ini membuat Bill Gates dan Steve Balmer mendirikan Microsoft.net tahun 2000. Ini pastinya untuk menguasai dunia Maya. Inovasi selanjutnya dari Microsoft.Net a

dalah mengakuisisi Hotmail.. Anda tentunya sudah tahu mengenai hotmail ini kan?? sebuah layanan email gratis dengan komunitas yang sangat kuat di mancanegara

Saat ini inovasi Microsoft terus berkembang, mudahny

a dalam produksi windows Vista, yang lebih memudahkan konsumen untuk bekerja dengan tampilan yang jauh lebih menarik dibanding produk sebelumnya


Hal ini menunjukkan Microsoft siap untuk menghadapi perubahan interaksi antara konsumen dengan komputernya.

Strategi Pemasaran Produk / Jasa Dari Bank Mandiri

Seiring dengan semakin kritis dan majunya masya

rakat terhadap tuntutan pelayanan dibidang perbankan maka Bank Mandiri Cabang Malang sebagai salah satu lembaga perbankan terkemuka harus segera berbenah diri untuk segera berupaya meningkatkan pelayanan terhadap konsumen/masyarakat. Survey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nasabah/konsumen seringkali mengeluhkan kualitas layanan di Bank Mandiri Wilayah Malang yang terkesan kurang tertata dengan baik seperti antrian yang tidak teratur, sulitnya

mendapatkan informasi dan komplain terhadap fasilitas produk yang ditawarkan, tidak tersedianya fasilitas ATM yang memadai, letak kantor cabang yang sulit dijangkau, belum adanya f

asilitas parkir yang memadai dari segi luas area maupun keamanan kendaraan dan belum tersedianya loket khusus pembayaran rekening listrik Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan di Bank Mandiri Cabang Malang. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Service Quality (Servqual). Perhitungan nilai Servqual dilakukan dengan menghitung perbedaan antara penilaian yang dilakukan oleh konsumen terhadap pasangan pernyataan terhadap harapan dan persepsi layanan yang diterima konsumen pengguna jasa perbankan tersebut. Analisa dilakukan dengan menggunakan analisa cluster dan analisa crostab dan analisa diskriminan. Selanjutnya hasil analis

a dengan metode Servqual digunakan untuk menyusun Strategi Pemasaran yang didasarkan pada kualitas layanan perbankan Bank Mandiri Malang. Hasil penelitian berupa karakteristik setiap segmen konsumen pengguna jasa perbankan, variabel-variabel yang diperioritaskan untuk diperbaiki dan Strategi Pemasaran berdasarkan kualitas layanan perbankan. Hasil analisa servqual pada masing-masing cabang Bank Mandiri Malang menunjukkan adanya beberapa variabel yang mendesak untuk segera ditingkatkan. Disamping itu pengurutan terhadap lima dimensi utama kualitas jasa menunjukkan bahwa dimensi Responsiveness merupakan prioritas untuk ditingkatkan. Karakteristik atau profil nasabah Bank Mandiri Malang dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, transaksi/bulan, status, pendidikan terakhir dan lama menjadi nasabah Bank Mandiri Malang. Analisa S

WOT menghasilkan Strategi yang cocok untuk Bank Mandiri Malang adalah Strategi Stabilitas yaitu dengan kekuatan yang ada berusaha mengatasi ancaman yang ada. Adapun implementasinya adalah dalam bentuk Strategi pelayanan, promosi, harga, jemput bola dan Strategi ekspansi

PEMERINTAH SUL-TENG

Strategi

Optimalisasi fungsi – fungsi perangakat dan aparatu

r penegak hukum dan keamanan.
Membangun komunikasi politik dan sosialdengan ber

bagai elemen masyarakat.

Penerapan peraturan dan hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.
Pengolahan sumber daya yang berbasis partisipasi, kemajemukan dan potensi lokal.

Program Pembangunan:

Bidang Ekonomi
1.1. Pertanian
a). Intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha tani.
b). Pengembangan sarana produksi pertanian dengan harga terjangkau.
c). Perwilayahan komoditas unggulan pada sejumlah kawasan tertentu.
d). Peningkatan kualitas layanan publik dengan penyediaan informasi dan teknologi, permodalan, investasi, dan koperasi.

1.2. Perikanan
a). Peningkatan eksplorasi sumber daya kelautan.
b). Pengembangan teknologi eksplorasi dan pendayagunaan sumber daya kelautan yang lebih arif dan lestari.
c). Peningkatan partisipasi publik secara luas dalam upaya pemanfaatan dan pelestarian sumber daya perikanan dan kelautan.

1.3. Pertambangan dan Energi
a). Peningkatan eksploitasi, pengelolaan dan pemasaran hasil dan modernisasi alat – alat tambang.
b). Penataan usaha pertambangan rakyat terpadu mencakup pembinaan dan perlindungan pertambangan rakyat terpadu melalui pola pembangunan skala kecil.
c). Peningkatan persediaan energi yang cukup melalui pengembangan dan percepatan pembangunan PLTA Sulewana di Poso.

1.4. Pemanfataan sumber daya mineral, sumber daya hutan serta sumber daya lainnya
a) Pengembangan geologi dan sumber daya mineral yang mencakup riset geologi terpadu dan pemetaan tata ruang sebagai acuan eksplorasi bahan galian.
b). Pewilayahan dan pemanfaatan ruang untuk setiap komoditi, sektor produksi dan sektor jasa.
c). Pemanfaatan sumber daya hutan dengan memperhatikan pelestarian lingkungan/kawasan hutan lindung, Taman Nasional, dan lain – lain.

1.5. Perdagangan
a). Peningkatan aksesbilitas perdagangan lintas daerah dan regional.
b). Peningkatan iklim usaha dan inventasi yang kondusif melalui deregulasi dan debirokratisasi serta penyiapan kawasan investasi.
c). Peningkatan daya saing komoditi lokal terhadap pasar luar melaui pengurangan biaya transaksi yang didukukng kebijakan yang menjamin kelancaran arus barang.
d). Pengembangan pusat informasi bisnis daerah.

1.6. Jasa
a). Peningkatan standar pelayanan.
b). Merangsang peningkatan minat investor.
c). Pengembangan kawasan sebagai jendela promosi potensi investasi daerah.
d). Pengembangan sentra – sentra pelayanan multijasa.

1.7. Industri
a). Peningkatan daya saing industri kecil dan menengah.
b). Pengembangan kawasan – kawasan industri kecil menengah.
c). Peningkatan kemudahan fasilitas dan minat investasi lokal dan nasional untuk menanamkan modalnya.

1.8. Pariwisata
a). Pengembangan dan peningkatan akses kepariwisataan terhadap investor lokal dan nasional
b). Percepatan pembangunan fasilitas pendukung utama kepariwisatawaan seperti hotel berbintang oleh Pemerintah maupun swasta.

1.9. Transportasi. Komunikasi dan Informasi
a). Peningkatan pembangunan jaringan transportasi, komunikasi dan informasi regional baik darat, laut maupun udara.
b). Peningkatan pembangunan pelabuhan yang representatif di tiap kabupaten sebagai sentra pemasaran dan perdagangan.
c). Peningkatan pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana jaringan transportasi jalan Negara dan jalan Propinsi yang menghubungkan antar kota Propinsi, dan antar kota Kabupaten.
d). Peningkatan sistem transportasi perkotaan dan pedesaan hinga desa – desa terpencil, guna kelancaran distribusi pemasaran hasil produksi pertanian dan pedesaan ke pusat pemesasaran sehingga tercipta efisiensi waktu tempuh perjalanan.
e). Perluasan dan pengembangan jaringan telekomunikasi sampai ke pelosok desa.

Bidang Keamanan
a). Peningkatan saling percaya dan harmoni antar kelompok masyarakat.
b). Pencegahan dan penanggulangan kriminilitas dan gangguan keamanan.
c). Pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme.


Bidang Hukum
a). Peningkatan kualitas produk hukum daerah serta sosialisasi kepada masyarakat baik produk hukum maupun hukum nasional.
b). Peningkatan kesadaran hukum masyarakat melalui pembinaan legal culture (budaya taat hukum).
c). Peningkatan penegakan supremasi Hukum di semua lintas sektor pembangunan tanpa pandang bulu.

Bidang Pendidikan
a). Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah yang dapat menampung anak usia sekolah.
b). Perluasan kesempatan bagi anak usia sekolah dasar dan menengah mengikuti pendidikan secara luas dan merata.
c) Peningkatan jumlah, mutu dan kesejahteraan tenaga pendidik.
d). Perluasan peluang dan bantuan secara selektif terhadap sumber daya manusia untuk melanjutkan pendidikan S-2 dan S-3.
e). Peningkatan pendidikan pembinaan mental spiritual (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara mandiri dan melembaga.

Bidang Kesehatan
a). Penyusunan standar pelayanan minimum kesehatan dengan tetap mempertimbangkan kemampuan ekonomi rakyat serta pemerataan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat.
b). Pembinaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan cara menekan angka kematian bayi dan anak balita serta kematian ibu melahirkan, meningkatkan angka usia harapan hidup, menakan angka sakit berdasarkan jenis penyakit serta melaksanakan perbaikan gizi melalui pemantapan sistem kewaspadaan gizi.
c). Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan melalui peningkatan status Rumah Sakit Umum, mengoptimalkan peran Puskesmas, Polindes (Pondok Bersalin Desa) dan Posyandu, sebagai lembaga pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat.

Bidang Pembinaan Generasi Muda
Mewujudkan kemandirian masyarakat/generasi muda melaui pendekatan Tribina. yaitu:
a). Bina Manusia, yaitu kegiatan – kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun non fisik menjadi manusia yang mampu menentukan masa depannya sendiri, berdisiplin tinggi dan bermoral dalam kedudukan yang setara antara laki – laki dan perempuan.
b). Bina Usaha, diarahkan untuk menumbuhkembangkan berbagai usaha masyarakat yang berpusat pada nilai – nilai dalam masyarakat serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
c). Bina Lingkungan, yaitu kegiatan – kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar – besarnya dari sumber daya lingkungan/alam yang tersedia dan memberikan jaminan kelestarian dan keharmonisan terhadap lingkungan/alam sekitarnya.

Bidang Pemberdayaan Perempuan
a). Peningkatan – peningkatan peran perempuan dalam pembangunan.
b). Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender dalam program pembangunan dan kebijakan politik.


Bidang Politik, Hak Asasi Manusia, Pemberantasan KKN

8.1. Stabilitas Politik
a). Peningkatan stabilitas politik dengan mengembangkan budaya politik yang sehat, demokratis, dan beretika.
b). Peningkatan kesadaran dalam berpartisipasi di bidang politik melaui pendidikan dan pelatihan individu, organisasi maupun kelompok masyarakat.
c). Pengembangan keseimbangan di dalam proses komunikasi politik antar pemerintahan dengan masyarakat dan sebaliknya.

8.2. Penegakan HAM
a). Penegakan dan pengakuan Hak – hak Azasi Manusia (HAM).
b). Peningkatan perlindungan Hak – hak Azasi Manusia (HAM) khususnya integritasi aparat penegak hukum.
c). Penerapan prinsip persamaan hak dan anti diskriminasi dalam setiap pelayanan masyarakat.

8.3. Pemberantasan KKN
a). Peningkatan pemberantasan secara nyata praktek korupsi di birokrasi dan dimulai dari tatanan (jajaran) pejabat yang paling atas.
b). Pemberantasan korupsi sesuai ketentuan hukum secara nyata praktek korupsi di birokrasi dan dimulai dari tatanan (jajaran) pejabat yang paling atas sering dengan upaya menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa.

8.4. Pemberdayaan Tri Kerukunan Umat Beragama
a). Peningkatan kerukunan antar umat beragama, yakni rukun intern, rukun antar beragama yang saling menghargai dan ruku dengan pemerintahan.
b). Pertemuan rutin setiap triwulan dan atau setiap saat dalam hal penanganan masalah – masalah yang timbul di masyarakat yang bermuara pada perpecahan akibat pertikaian antar suku/etnis, ras, agama, maupun antar golongan.

Bidang Pemerintahan dan Aparatur
a). Pelaksanaan pemerintahan yang bersih (clean goverment), pemerintahan yang baik (good govermance) dan pemerintahan yang kuat (strong goverment) pada semua tingkatan pemerintahan.
b). Pengembangan Reinventing Goverment dimana aparat berfungsi sebagai pelayan masyarakat.
c). Peningkatan kinerja dan produktivitas pegawai pada setiap badan, Dinas dan Instansi untuk menangani permasalahan di daerah secara terpadu dalam bentuk pelayanan prima kepada masyarakat yang berorientasi pad kepuasan masyarakat.
d). Pendayagunaan aparatur pemerintahan berdasarkan kompentensi dalam rangka pembinaan profesionalisme pegawai.
e). Pembinaan karir pegawai negeri sipil yang mencakup eselonisasi, golongan, kepangkatan, dan promosi jabatan.
f). Peningkatan kesejahteraan PNS dan fasilitas pendukung tugas – tugas pemerintahan.